TESIS DAN ANTI TESIS PADA PERMASALAHAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
Cahya Mar’a Saliha
Sumantri1, Marsigit2
Pendidikan Matematika Universitas
Negeri Yogyakarta1,2
I.
PENDAHULUAN
1.1
Permasalahan dalam pengembangan Pendidikan
Pendidikan
di seluruh dunia mempunyai sistemnya masing-masing dalam mengembangkan prosedur
pembelajaran di kelas, di sekolah, di lingkungan masyarakat, maupun di dalam lingkungan
keluarga. Pendidikan menjadi pembicaraan utama bagi setiap orang di setiap ada
jeda waktu, karena pembahasan pendidikan akan berlanjut kepada perbandingan
nilai kognitif siswa dan berlanjut ke kinerja guru. Menurut Awal Akbar
Jamaluddin (2016) dalam makalahnya mengatakan bahwa permasalahan yang menghiasi
dunia pendidikan diantaranya minimnya sarana dan prasarana untuk menunjang
proses pembelajaran, rendahnya kualitas sumber daya manusia yang juga berdampak
pada proses pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu dalam segala upaya pengembangan pendidikan di
sekolah perlunya dukungan sepenuhnya dari pemerintah dan semua pihak yang bisa
membantu dalam melengkapi sarana prasarana, mencarikan pengajar yang bersedia
untuk ikut serta dalam menuntaskan segala dampak negatif pendidikan pada anak
sekolah. Berlanjut ke contoh kasus di mana warga negara asing yang ikut serta
membangun pendidikan yang di mana dia sukarela membangun 82 jembatan gantung di
Indonesia sebagai akses bagi masyarakat, anak-anak sekolah, maupun guru untuk
pergi ke sekolah dan mengemban ilmu.
Menurut
Chairul Ikhsan (2011), meskipun terdapat banyak kritik yang dilancarkan oleh
berbagai kalangan terhadap pendidikan, atau tepatnya terhadap praktek
pendidikan, namun hampir semua pihak sepakat bahwa nasib suatu komunitas atau
suatu bangsa di masa depan sangat bergantung pada kontribusinya pendidikan.
Sama halnya juga masa depan bangsa terdapat pada generasi baru saat ini karena
setiap prestasi yang mereka torehkan akan mengharumkan nama bangsa, baik dalam
bidang pendidikan maupun dalam bidang ekonomi, budaya. Sehingga, sangat bagus
untuk dilakukan suatu evaluasi dini setiap akan melakukan pengembangan
pendidikan agar mempunyai strategi cadangan yang bisa digunakan bila ternyata
muncul masalah yang butuh penanganan cepat. Sependapat juga dengan isi
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
Nasioanl (UU No.20/2003) yang menyatakan bahwa manusia membutuhkan pendidikan
dalam kehidupannya. Pendidikan metupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan
potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan
diakui oleh masyarakat. Dari isi Undang-Undang Republik Indonesia tersebut
dapat dipahami bahwa meskipun banyak sebagian masyarakat yang menganggap bahwa
pendidikan tidak bisa menjamin pekerjaan di masa depan, tetapi pendidikan
memang diwajibkan bagi masyarakat tanpa mengenal usia. Sehingga, bisa
diharapkan melalui pendidikan tersebut masyarakat bisa menciptakan lapangan
kerja mereka sendiri dan akan mempermudah para pencari kerja nantinya.
Banyaknya
permasalahan yang ditimbulkan oleh dunia pendidikan tidak luput dari
faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti yang disebutkan oleh Chairul Ikhsan
(2011) yaitu:
1.
Permasalahan
eksternal pendidikan masa kini
Permasalahan eksternal pendidikan di Indonesia
sangat kompleks karena terdapat dimensi-dimensi eksternal pendidikan yang
meliputi sosial, potlitik, ekonomi, budaya, dan dimensi global. Misalnya saja
dari segi sosial yang mengharuskan anak-anak mereka lebih baik bekerja daripada
bersekolah karena dengan bekerja akan menghasilkang uang untuk kebutuhan
sehari-hari mereka. Sedangkan, pada segi ekonomi para orangtuan bisa
mengharuskan anak-anak mereka untuk bersekolah demi memajukan ekonomi keluarga
mereka, sehingga akan diberikan waktu untuk bersekolah hingga bisa mandiri
dalam mencari pekerjaan.
2.
Permasalahan
globalisasi
Globalisasi dalam bidang pendidikan dapat diartikan terintegrasinya
pendidikan nasional ke dalam pendidikan dunia, yaitu output pendidikan. Maksudnya
pada era globalisasi ini pendidikan nasional akan menghadapi situasi kompetitif
yang sangat tinggi, karena harus berhadapan dengan kekuatan pendidikan global.
Globalisasi bisa membuka peluang bagi pendidikan nasional, tetapi pada waktu
yang sama ia juga menghadirkan tantangan dan permasalahan pada pendidikan
nasional. Faktor globalisasi ini juga akan menyebabkan persaingan yang kuat
namun bila tidak bisa mengatasi permasalahannya maka akan menggunakan jalan
lain yang bisa lebih ekstrem dan bisa menjadi bahan cemoohan bangsa lain.
3.
Permasalahan
perubahan sosial
Menurut Sudjatmoko (1991:30) mengatakan bahwa
Negara-negara yang tidak mampu mengikuti revolusi industri mutakhir akan
ketinggalan dan berangsur-angsur kehilangan kemampuan untuk mempertahankan kedudukannya
sebagai Negara merdeka. Sehingga bisa dikatakan bahwa ketidakmampuan mengelola
dan mengikuti dinamika perubahan sosoial sama artinya dengan menyiapkan
keterbelakangan. Bila diartikan lebih lanjut maka hal utama yang patut diubah
atau dibenahi adalah perubahan sosial pada masyarakat yang bertujuan untuk
selalu mengikui perubahan jaman yang semakin canggih dari segi teknologinya.
4.
Permasalahan
internal pendidikan masa kini
Menurut Daoed Joefoef (2001) mencatat permasalahan
internal pendidikan meliputi permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan
strategi pembelajaran, peran guru, dan kurikulum. Sehingga, sebagai salah satu
faktor yang menjadi permasalahan pendidikan patut untuk diberikan pelatihan dan
evaluasi khususnya bagi guru agar bisa terlatih menjadi lebih mandiri dan
bahkan menciptakan inovasi dalam pembelajaran berkelanjutan.
5.
Permasalahan
profesionalisme guru
Menurut Suyanto (2006), guru memiliki peluang yang
amat besar untuk mengubah kondisi seorang anak dari gelap gulita aksaran
menjadi seorang yang pintar dan lancar baca tulis alfabetikal maupun fungsional
yang kemudian akhirnya ia bisa menjadi tokoh kebanggaan komunitas dan
bangsanya. Bisa dijelaskan lagi secara runtut bahwa peran guru tidak main-main
dalam mencerdaskan anak-anak didiknya, apalagi dengan maraknya gadget yang
semakin canggih membuat anak-anak enggan membuka buku. Seorang guru sudah
seharusnya mempunyai strategi untuk mengurangi dampak gadget bagi pendidikan
anak. Juga pelatihan untuk guru semakin dilakukan secara terus menerus karena
bila hanya dilaksanakan hanya sekali, sama saja seperti baik di awalnya saja
tetapi siring berjalannya waktu maka profesionalitas guru mulai berkurang.
6.
Permasalahan
strategi pembelajaran
Menurut Suyanto (2006), pada era globalisasi dewasa
ini mempunyai pengaruh yang sangat siginifikan terhadap pola pembelajaran yang
mampu memberdayakan para peserta didik. Karena belajar dari sistem pendidikan
jaman dulu yang tradisional, berpusat pada guru dan sisa hanya duduk dan
mendengarkan, bilapun disuruh untuk mengerjakan soal maka mereka hanya
mengerjakan sesuai langkah-langkah yang diajarkan oleh guru, tanpa boleh
menggunakan cara lain. Berbeda dengan sistem modern jaman sekarang yang
membiarkan siswa aktif dan berinovasi terhadap segala macam cara yang akan
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru. Sehingga,
patut profesionalitas guru diimbangi dengan penggunaan strategi pembelajaran
yang ikut berkembang dan tidak hanya menggunakan sistem tradisional.
Bisa disimpulkan dari beberapa permasalahan dalam
bidang pendidikan di atas, bahwa sebenarnya masih ada banyak permasalahan yang
seharusnya menyangkut dengan pengembangan ilmu pendidikan di negara maupun di
sleuruh penjuru dunia. Untuk pemecahan masalah-masalah di atas tidak bisa
langsung diselesaikan secara satu arah, melainkan step by step merambah dari
dasar-dasar terlebih dahulu kemudian memasuki inti masalah. Kesadaran diri
terhadap pentingnya pendidikan juga patut diangkat ke permukaan agar orang lain
juga bisa merasakan betapa pentingnya bangku pendidikan itu dan juga sumber
daya manusia sebagai calon pendidik masa depan maupun calon generasi penerus
bangsa perlu diberikan fasilitas dan ajaran yang baik sehingga mereka bisa semakin
terarah dan mengenyam pendidikan maupun dalam memberikan ilmu kepada para siswa
di sekolah.
1.2
Permasalahan dalam Pengembangan Pendidikan
Matematika
Berbicara mengenai pendidikan ilmu pengetahuan yang
sudah semakin meluas dan berkembang menjadi banyak cabang ilmu. Maka perlu
diwaspadai akan dampak dan faktor yang menghambat perkembangan ilmu pengetahuan
tersebut, salah satu cabang ilmu yang akan dibahas pada makalah ini adalah
cabang pendidikan matematika. Matematika merupaka salah satu pelajaran yang
sudah bisa diajarkan kepada anak dimulai dari usia dini, karena dasar belajar
matematika yaitu berhitung bisa menggunakan alat bantu di sekitar sehingga memudahkan
anak untuk segera belajar cepat mengani angka,membilang, dan berhitung. Dari
peranannya yang begitu penting, maka pendidikan matematika butuh dilakukan
pengembangan dimana mengikutsertakan penanaman konsep pada anak agar bisa
digunakan secara berkelanjutan dalam jenjang yang semakin tinggi.
Menurut Soedjadi (2000) permasalahan pembelajaran
matematika bersumber dari komponen masukan (input/pendidik), masukan
instrumental (pendidik, kurikulum, materi ajar, sarana/prasarana,
metode/model/strategi pembelajaran), lingkungan (dukungan/keikutsertaan orang
tua atau masyarakat sekitar), dan keluaran (ouput). Maksud dari komponen
tersebut adalah seperti halnya siswa yang diberikan pelajaran matematika yang
diajarkan secara kreatif menggunakan fasilitas sekolah atau guru membuat media
belajar sendiri dan diberikan kepada siswa untuk dipelajari. Kemudian, guru
meminta siswa untuk belajar lagi di rumah sehingga dorongan untuk semangat
belajar pun diperoleh siswa dari orang tua, dari masyarakat sehingga timbul
aura positif pada siswa dan akhirnya bisa megembangkan pemikirannya untuk lebih
memahami pelajaran lainnya. Setelah siswa menguasai beberapa bidang dalam
pelajaran matematika mereka akan siap untuk naik ke tingkat lebih tinggi dan
siap untuk menjadi generasi penerus bangsa yang bekerja demi berkembangnya
pendidikan.
Demi menghadapi masalah pembelajaran matematika
adalah dengan memberikan bekal pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman terhadap
aktor yang menjalankan proses pembelajaran tersebut. Upaya yang dapat dilakukan
adalah melalui pelatihan, workshop, seminar, pembinaan pendidik melalui MGMP. Selain
itu juga keyakinan guru terhadap matematika maupun praktek pembelajaran juga
mempengaruhi bagaimana guru mengajar di kelas. Menurut Goos, et.al (2007) bisa
dilihat hubungan antara keyakinan matematika terhadap pengajaran pada
pembelajaran matematika, seperti berikut:
1.
Keyakinan
matematika bersifat Instrumentalis
Diketahui
bahwa matematika sebagai suatu seperangkat alat dari fakta-fakta,
aturan-aturan, dan keterampilan. Sehingga bila dikaitkan dengan pengajaran
matematika yaitu berfokus pada isi dengan penekanan pada kinerja.
2.
Keyakinan
matematika berdifat Platonis
Diketahui bahwa matematika sebagai suatu bodi statis
yang absolut dan pengetahuan yang pasti dan abstrak. Shingga bila dikaitkan
dengan pengajaran matematika yaitu berfokus pada isi dengan menekankan pada
pemahaman.
3.
Keyakinan
matematika bersifat Pemecahan masalah
Diketahui bahwa matematika sebagai sesuatu yang
dinamis dan hasil kreasi manusia. Sehingga bila dihubungkan dengan pengajaran
matematika maka berfokus pada pebelajar yang sedang belajar.
Dari permasalahan
mengenai pendidikan matematika di atas bisa dikatakan bahwa inti dari
permasalahan pendidikan matematika bisa berasal dari komponen-komponen terutama
peserta didik, pendidik, kurikulum, materi, metode pembelajaran, fasilitas
belajar. Bila diambil solusi yang mungkin bisa diambil untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut adalah berasal dari pendidik yang harusnya lebih
kompetitif dan lebih siap dalam menyusun segala strategi pembelajran dan
cadangan bila terjadi masalah. Juga kepercayaan diri guru saat melakukan
pembelajaran diperlukan agar guru bisa nyeman dan lebih mengenal dan menghayati
pelajaran agar bisa meresap ke dalam pikiran siswa.
II.
METODOLOGI
2.1
Pengembangan tesis, anti tesis, dan sintesis dalam
permasalahan pengembangan Ilmu
Pendidikan Matematika
Pada beberapa hasil
penelitian yang salah satunya dilakukan oleh Abdur Rahman As’ari dimana beliau menuliskan
beberapa permasalahan pemelajran matematika ditinjau dari kurikulum 2013, yaitu
dimulai dari buku siswa, buku guru, pendekatan saintifik, pembelajaran berbasis
proyek, pembelajaran berbasih masalah, penilaian otentik. Hasil yang dapat
disimpulkan yaitu berharap pemerintah untuk segera memperbaiki isi buku guru
dan buku siswa, sehingga guru harusnya tidak mengajarkan halaman demi halaman.
Berikutnya. Guru diharapkan untuk mengikuti pelatihan kurikulum 2013, memahami
isi materi dengan baik sehingga tercipta KKG dan MGMP menjadi semakin
berkembang dan hidup. Juga tidak lupa memanfaatkan layanan internet yang sudah
meluas dan bisa mengakses segala hal. Terkahir bisa memanfaatkan bahan workshop
bimbingan teknis dari direktorat pembinaan sekolah dasar yang telah
dikembangkan dan dimanfaatkan untuk mengadakan worskhop secara swadana di
lokasi bertugas masing-masing.
Dari hasil penelitian
oleh peneliti di atas berfokus pada sistem pendidikan yaitu adanya permasalahan
pada kurikulum 2013 khususnya pada isi buku guru dan buku siswa yang dipakai di
sekolah yang ternyata masih belum bisa memenuhi syarat untuk menjadi kurikulum
yang bertipe saintifik. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Machali Imam
(2014) mengenai perubahan kurikulum 2013 yang dimaksudkan untuk menyongsong
Indonesia emas tahun 2045, hasil yang diperoleh adalah bahwa kebijakan
kurikulum 2013 dimasudkan untuk melengkapi dan menyempurnakan berbagai
kekurangan yang ada pada kurikulum sebelumnya. Kurikulum 2013 disusun dengan
mengembangkan dan memperkuat sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara
berimbang. Kurikulum 2013 berdampak pada empat hal lain yaitu model
pembelajaran berupa tematik-integratif, pendekatan saintifik, strategi aktif,
dan penilaian autentik. Sehingga perubahan kebijakan ini dapat menyiapkan
generasi masa depan Indonesia yang semakin kreatif, inovatfi, produktif, dan
akfetif.
Berdasarkan hasil
penelitian kedua peneliti di atas terdapat timbal balik setelah munculnya
kurikulum 2013 yang diharapkan bisa menjadi tonggak perubahan sistem pendidikan
tetapi setelah menggunakan kurikulum 2013 tersebut ada beberapa hal yang perlu
dikoreksi lagi seperti pada dalam buku guru dan buku siswa karena ternyata
kurikulum 2013 masih belum bisa dijadikan kurikulum yang benar-benar paten. Hal
itu bisa bergantung pada siswa yang bertindak sebagai objek dimana kurikulum
ini dibuat. Bila siswa menunjukkan respon yang baik dan positif sehingga
menimbulkan efek ke prestasi dan bisa ke arah pengembangan ilmu pengetahuan ,
maka kurikulum ini sudah baik. Bila sebaliknya, siswa menjadi kurang aktif dan
akhirnya lebih memilih mengabaikan pembeljaran maka bisa jadi ada yang kurang saat
menerapkan kurikulum ini. Tidak semuanya disalahkan pada kurikulum, hanya saja
penerapannya yang bisa saja tidak sesuai aturan sehingga menjadi simpang siur. Bila
dalam buku guru dan buku siswa ada ketidaksesuaian maka kurikulum 2013 belum
matang untuk dijadikan kurikulum yang utuh untuk digunakan berkelanjutan.
Sehingga patutnya bagi pemerintah untuk segera memperbaiki dan selalu
mengadakan evaluasi agar sistem pendidikan mempunyai acuan yang bisa digunakan
secara optimal dan bisa dikembangkan lagi.
III.
KESIMPULAN
Pembahasan permasalahan dalam dunia pendidikan
khususnya pendidikan matematika menjadi hal yang sangat lumrah untuk
dibicarakan baik di dalam forum maupun di suatu komunitas tertentu. Sehingga
membutuhkan banyak sumber baik sumber yang berperan sebagai motivator,
presenter, inovator, dll agar pembicaraan mengenai pendidikan tidak keluar dari
topik dan membahas tema lain. Untuk itu, berdasarkan penjelasan mengenai
permasalahan baik dalam pendidikan saja maupun pendidikan matematika mempunyai
peran yang saling berkesinambungan karena bergerak dalam bidang ilmu. Untuk
itu,secara garis besar permasalahan pendidikan matematika saat ini disebabkan
oleh banyak faktor salah satunya dari sistem pendidikan yang akhirnya mengenai
pada pihak pengajarnya. Karena dari segi seorang pendidik, butuh banyak
pelatihan sebelum mencapai benar-benar bisa dikatakan guru yang siap untuk
mengajarkan kepada siswa. Pendidik mempunyai kendala lain yaitu keyakinan dalam
bidang matematika yang harus ia kuasai dan bagaimana mengajarkannya kepada
siswa agar bisa terserap dengan bagus oleh siswa. Oleh karena itu
penyelesaiannya dengan memberikan pelatihan kepada guru untuk lebih menambah
pengalaman guru dalam hal mengajar, membuat strategi pembelajaran yang efektif,
dan juga refleksi diri guru agar lebih bisa mengontrol keyakinan dirinya.
IV.
REFERENSI
Jamaluddin,
A.A.2016.Makalah permasalahan dunia
pendidikan. (Online)(https://www.academia.edu/31088513/Permasalahan_Pendidikan_dan_Solusinya, diakses 02 Januari 2019).
Ikhsan,
Chairul.2011.Permasalahan pendidikan masa
kini.(Online)( https://www.academia.edu/24901054/5_Masalah_Mendasar_Dunia_Pendidikan?auto=download, diakses 02 Januari 2019).
Joesoef,
Daoed.2001.Pembaharuan pendidikan dan
pikiran, dalam Chairul Ikhsan. Permasalahan
pendidikan masa kini. Jakarta:kompas.
Suyanto.2006.Dinamika pendidikan nasional (Dalam
percanturan dunia global), dalam Charul Ikhsan. Permasalahan pendidikan masa kini.Jakarta: PSAP Muhammadiyah.
Siswono, tatag
Y.E.2014.Permasalahan pembelajaran
matematika dan upayamengatasinya.(Online)(https://www.academia.edu/5752392/Permasalahan_Pembelajaran_Matematika_dan_Upaya_Mengatasinya, diakses 02 Januari 2019)
Goos, Merrilyn,,
Stilman, Gloria, Vale, Colleen.2007.Teaching
secondary school mathematics:research and practice for 21st century.Crows
Nest, NSW:Allen&Unwin.
As’ari, Abdur
Rahman.2014.Berbagai permasalahan
pembelajran matematika dalam kurikulum 2013 dan beberapa upaya untuk mencoba
mengatasinya. National Seminar in Mathematics Education, Universitas
jember.
Machali,
Imam.2014.Kebijakan perubahan kurikulum
2013 dalam menyongsong Indonesia emas tahun 2045.Jurnal Pendidikan Islam
Volume III, no.1.
Komentar
Posting Komentar